Oleh Penginjil Rosmalina Damanik, S.Si (teol), M.PdK*

SD GKPS saribudolok dan GKPS Immanuel Saribudolok.
Sekolah dan Gereja yang saling berdampingan namu terpisah oleh pagar besi. Mengambarkan kondisi sekolah dan gereja saat ini.

Seumpama lupa kacang akan kulitnya demikianlah gambaran antara sekolah dan gereja. Tidak dapat di pungkiri bahwa sejarah mencatat tentang masuknya Injil di Simalungun 2 September 1903 demikian antusiasnya setiap jemaat GKPS menyatakan sukacita olob-olobnya demikan meriah dan spektakuler. Ada kegiatan pra-olob-olob dan juga post olob-olob yang demikian luar biasanya. Semuanya baik berjalan dengan harapan akan memperlihatkan banyak berkat-berkat yang Tuhan telah diberikan bagi umat-Nya.Namun tahukah kita bahwa ada hal yang juga tidak kalah penting yang seharusnya menjadi fokus kita sama penting nya dengan pesta olob-olob itu? Saya mau sampaikan kepada seluruh umat Tuhan di GKPS maupun di luar GKPS. Sesungguhnya setelah Injil di taburkan di Pematang Raya oleh Pdt. Agust Theis pada tanggal  2 September 1903 itu, lima bulan berikutnya tepatnya tanggal 1Pebruari 1904  didirikanlah yang namanya sekolah zending di Raya.

Sekolah Zending diharapkan salah satu upaya mencerdaskan orang Simalungun dari buta hurufnya, agar penginjilan pun dapat berjalan dengan baik. Sekolah zending inilah sebagai ujung tombak penginjilan sehingga melahirkan orang-orang yang cerdas lalu membangun gereja sebagai tempat bersekutu warga jemaat. Kemudian dalam pertumbuhannya sekolah zending ini berkembang dan dibentuklah sekolah-sekolah di beberapa wilayah terkhusus di wilayah penginjilan di Pamatang Raya, Sondiraya dan wilayah lainnya. Pada zamannya penginjilan sekolah inilah menjadi ujung tombak penanaman nilai karakter kristiani, sehingga sekolah yang disebut kemudian sekolah GKPS menjadi pilihan dan memiliki peran luar biasa dan menjadi pilihan bagi orang yang berhikmat untuk menyekolahkan generasinya. Hal itu berlangsung lama karena ternyata sekolah dan gereja memiliki visi dan misi yang sama seperti dua sisi mata uang, bahwa gereja adalah persekutuannya dan sekolah adalah tempat penyemaian Injilnya. Sehingga para misionaris yang hadir dulunya di GKPS selalu ambil bagian dalam sekolah-sekolah di GKPS, sehingga keduanya saling melengkapi ketika di dalam acara ibadah Minggu di gereja, maka sekolah sekolah gereja itu ikut melayani melalui lagu pujian dan kreativitas lainnya.

Demikianlah masa kejayaan sekolah-sekolah GKPS menjadi pilihan bagi banyak warga dari Sumatera maupun dari Pulau Jawa dan lainnya. Menurut data Yayasan Pendidikan GKPS tahun 2019 tercatat bahwa 50% sekolah GKPS itu berlokasi di komplek gereja sebagai cerminan bahwa pada awalnya gereja dan sekolah memiliki visi dan misi bersama. Menurut data yang ada sekarang YP GKPS memiliki:

  • TK / PAUD 2 Sekolah
  • SD 19 Sekolah
  • SMP 7 Sekolah
  • SMA 1 Sekolah
  • SMK 3 Sekolah
  • Asrama Putra/ Putri

Semuanya sekolah ini sedang berjuang untuk mempertahankan kualitas namun ada banyak keterbatasan yang dimilikinya dalam hal SDM, Sarana pra sarana yang dimiliki, sehingga sekolah – sekolah ini sangat terbatas untuk mengembangkan dan menggapai harapan sesuai visi dan misi awalnya.

Kemudian hal ini memudar dan tidak lagi ada misi bersama yang signifikan yang di lakukan oleh keduanya gereja dan sekolah. Keduanya berjalan sendiri dan hampir tidak punya hubungan atau keterkaitan lagi.

Setelah kita pelajari ulang tentang sejarah ini, mengapa sekarang sekolah sekolah GKPS itu tidak lagi menjadi pilihan bagi warga untuk tempat mendidik generasinya bahkan warga GKPS sendiripun tidak semuanya memilih untuk menyekolahkan anaknya di sekolah GKPS tersebut.

Mengapa hal ini terjadi, salah satu temuannya adalah karena gereja dan sekolah sudah tidak memiliki keterikatan dalam satu visi dan misi sebagai upaya mempertahankan upaya penginjilan dan yang lebih memprihatinkan lagi bahwa sekolah – sekolah GKPS hampir tidak mencerminkan sekolah Gereja yang memiliki identitas sebagai sekolah gereja yang tercermin dalam karakter sekolah tersebut secara holistik. Baik dalam kurikulum dan juga karakteristik yang dihidupi sekolah tersebut. Maka kita temukan bahwa ada banyak sekolah-sekolah kita mati di depan gereja itu sendiri.

Maka dalam tulisan ini saya mencoba mensharekan kondisi ini sekaligus mengingatkan kembali dalam rangka olob-olob GKPS 116 tahun Injil di Simalungun dan 115 tahun berdirinya sekolah zending agar kita kembali menelaah dan perduli akan masa depan misi gereja dan juga sekolah GKPS sebagai wadah mencerdaskan warga untuk semakin mengenal Tuhan dan melahirkan orang-orang beriman. Capaian kita sesuai dengan visi dan misi untuk melahirkan generasi yang cerdas, berhikmat dan beriman berkarakter seperti Kristus.

Dengan demikian apakah upaya yang harus kita lakukan bersama sebagai tanggung jawab gereja dan juga sekolah gereja, selayaknyalah kita berbenah dan kembali kepada semangat awal penginjilan itu agar bersama-sama maju dan menghasilkan gereja yang berisi orang cerdas dan berhikmat sebagai wujud hidup yang terberkati. GKPS memiliki visi misi yakni gereja menjadi berkat dan perduli. Semoga.

*Ketua penginjil GKPS dan saat ini ditempatkan Pimpinan Pusat di Yayasan Pendidikan GKPS

SEKOLAH DAN GEREJA: Sebuah kajian historis dalam konteks Injil di Simalungun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *